CARA BUDIDAYA IKAN DI KARAMBA JARING APUNG
Budidaya ikan sistem KJA merupakan
suatu kegiatan usaha untuk memproduksi ikan dengan cara memanfaatkan perairan
umum sebagai media hidup dan tumbuh ikan. Keramba jaring apung atau kantong
jaring terapung adalah berupa kantong jaring yang letaknya terapung dipermukaan
air dengan disengaja oleh pengapung yaitu berupa drum (Rochdianto, 2004). Budidaya ikan dalam karamba jaring apung
adalah membesarkan ikan didalam wadah yang diapungkan di permukaan air, dimana
wadah tersebut semua sisinya diselubungi oleh material (jaring) untuk menahan ikan
didalamnya. Karamba Jaring Apung (KJA) yaitu wadah atau tempat
budidaya ikan yang terbuat dari bahan jaring yang digantungkan pada kerangka
(rakit). Budidaya ikan dalam karamba jaring
apung dikelompokkan sebagai usaha pemeliharaan intensif, yakni dengan pemberian
pakan yang berkualitas, penggunaan benih unggul, padat penebaran tinggi, juga
harus didukung oleh lingkungan yang baik serta kemampuan pengelolaan yang baik
pula.
Salah satu teknik budidaya ikan yang potensial
untuk dikembangkan di perairan umum terutama di danau dan sungai adalah
pemeliharaan ikan dalam karamba jaring. Jenis ikan yang dapat dipelihara pada
karamba jaring apung tidak terbatas pada komoditas tertentu saja, tetapi hampir
semua jenis ikan yang bernilai ekonomis dapat dipelihara dalam wadah ini,
seperti ikan mas, nila, lele, gurame, patin. Sarana Karamba jaring apung terdiri dari karamba yang terbuat dari bahan
polyetilene atau sering disebut dengan jaring trawl, kerangka, jaring, pemberat,
pelampung, dan jangkar. Sedangkan prasarana budidaya meliputi perahu,
generator, aerator, dan sarana kerja lapangan.
Budidaya ikan air tawar dalam karamba jaring
apung meliputi kegiatan pemilihan lokasi, persiapan sarana dan prasarana
budidaya, pemeliharaan ikan yang dibudidayakan, pengelolaan pakan, monitoring
pertumbuhan, pemilahan ukuran ikan, pengendalian hama dan penyakit, panen.
Pokok Bahasan :
Penyelenggaraan
kegiatan praktikum budidaya ikan dalam karamba jaring apung.
Kompetensi :
Setelah melakukan kegiatan praktikum
ini, diharapkan peserta praktikum mampu melakukan kegiatan budidaya ikan dalam
karamba jaring apung.
Petunjuk Praktikum
A. Alat dan Bahan
Tabel Alat dan Bahan
No
|
Keprluan
|
Alat
|
Bahan
|
1
|
Pembuatan KJA
|
Pisau, gunting, palu, pahat, gergaji, tang,
mistar kayu, meteran dan alat tulis
|
Jaring multifilament, Bambu, Drum, Belahan bamboo, Tali, Kawat, Kayu kaso, Tambang plastic, Jangkar, Paku
|
2
|
Perawatan KJA
|
Sikat, Selang, Pompa submersible
|
Jaring / kurungan apung
|
3
|
Pemberian pakan
|
Timbangan dan Baskom
|
Pakan
|
4
|
Untuk pungukuran panjang dan berat
|
Penggaris, Timbangan digital, Baskom, Alat pilah ukuran (alat grading), Seser
|
Sample ikan yang akan diukur
|
5
|
Pengamatan kualitas air
|
Thermometer, ph meter /Kertas lakmus, DO
meter, Current druge dan stopwatch, Secchi disk
|
Sample air
|
6
|
Pengobatan ikan yang sakit
|
Ember / bak dan Seser
|
Obat-obatan, ikan yang terserang penyakit
|
7
|
Panen
|
Timbangan, Bambu, Waring, Peralatan aerasi, Ember, Seser/serokan halus, Bak penampungan
|
Ikan yang panen
|
8
|
Pascapanen (pengangkutan)
|
Kantong plastic, Styrofoam, Bak/ember, Selang oxygen, Lakban, Karet gelang, Timbangan
|
Ikan yang telah dipanen dan es
|
B. Prosedur
Praktikum
Kegiatan
praktikum budidaya ikan dalam Karamba Jaring Apung (KJA) secara teknis meliputi
persiapan sarana dan prasarana, pemilihan dan penebaran benih, pengamatan kualitas
air, pengelolaan pakan, dan persiapan panen.
1. Persiapan
Sarana dan Prasarana Budidaya
a. Pembuatan Karamba Jaring Apung (KJA)
Desain konstruksi Keramba Jaring Apung terdiri dari komponen rakit apung, kurungan,
pelampung dan jangkar. Cara pembuatan masing-masing komponen tersebut adalah
sebagai berikut :
1.
Rakit Apung
Pembuatan rakit apung dapat dilakukan di darat dengan terlebih dahulu
membuat kerangka sesuai dengan ukuran. Kerangka ini berfungsi sebagai tempat
peletakan kurungan yang berbentuk segi empat dan terbuat dari bahan bambu atau
kayu. Setiap unit kerangka dapat terdiri dari 2 atau 4 kurungan tetapi secara
ekonomi setiap unit dianjurkan sebanyak 4 (empat) buah kurungan. Kerangka
ditempatkan di lokasi budidaya dengan diberi jangkar sebanyak 4 buah agar tetap
pada tempatnya atau tidak terbawa arus.
2.
Kurungan
Kurungan berfungsi sebagai wadah pemeliharaan ikan yang terbuat dari jaring
bahan polyethilen (PE) D. 18 dengan lebar mata jaring disesuaikan dengan ukuran
ikan yang dipelihara. Bentuk kurungan disesuaikan dengan bentuk kerangka rakit
yaitu empat persegi. Kurungan apung yang telah siap dibuat dipasang pada
kerangka rakit dengan cara mengikat ke empat sudut bagian atas pada setiap
sudut kerangka. Supaya kerangka jaring apung tetap terbentuk bujur sangkar,
maka pada sudut bagian bawah jaring diberi pemberat. Kedalaman kurungan
disesuaikan dengan kecerahan perairan lokasi budidaya.
Tabel 1. Ukuran mata jaring sesuai dengan ukuran ikan yang dipelihara
Berat Ikan
(g)
|
Ukuran Jaring
(m)
|
Ukuran Mata Jaring
(inchi)
|
Periode
(bulan)
|
4 – 10
|
2 x 2 x 2
|
0,5
|
1
|
10 – 50
|
3 x 3 x 2.5
|
0,75
|
3
|
50 – 150
|
4 x 4 x 3
|
1
|
3 - 4
|
150 – 500
|
4 x 4 x 3
|
1,55
|
9 - 10
|
> 500
|
4 x 4 x 3
|
2
|
...
|
Gambar 1.
Kerangka rakit apung
Gambar 2. Pola pembuatan kurungan
Gambar 3. Cara pengikatan jaring
Gambar 4. Kurungan telah dipasang dirakit
3.
Pelampung
Untuk mengapungkan
sarana budidaya termasuk rumah jaga diperlukan pelampung. Pelampung dapat
digunakan drum plastik volume 200 liter. Dan untuk menahan rakit diperlukan
pelampung sebanyak 12 buah. Pelampung diikat dengan tali polyethelene (PE) yang
bergaris tengah 0,8 - 1,0 cm.
4.
Jangkar
Jangkar berfungsi sebagai pemberat untuk menahan
sarana budidaya agar tidak bergeser dari tempatnya akibat pengaruh arus dan
angin ataupun gelombang. Setiap inti keramba jaring apung dipergunakan jangkar
4 buah yang terbuat dari besi dengan berat 50 kg. Panjang tali jangkar biasanya
1,5 kali kedalaman perairan pada waktu pasang tinggi.
b. Persiapkan Prasarana Budidaya
Prasarana budidaya dalam karamba jaring apung terdiri
dari :
1. Perahu diperlukan untuk alat transportasi melakukan
kegiatan seperti membeli pakan, mengganti jaring, memperbaiki komponen karamba
yang rusak, membawa benih atau hasil panen.
2. Generator, beberapa peralatan KJA memerlukan listrik
seperti aerator, dan sebagai sumber penerangan sehingga keberadaan generator
wajib ada.
3. Aerator, diperlukan selama kegiatan budidaya untuk
treatment ikan dengan obat-obatan untuk menanggulangi penyakit.
4. Sarana kerja lapangan, seperti seser, timbangan untuk
menimbang pakan dan ikan, ember, alat pencuci jaring.
c. Pengecekan KJA
Setelah konstruksi karamba jaring apung telah selesai
dibuat maka dilakukan pengecekan terhadap bagian yang masih kurang baik atau
rusak. Pengecekan ini bertujuan untuk mengetahui layak tidaknya untuk digunakan
kegiatan budidaya. Selain itu juga, jaring harus dipastikan tidak ada yang
rusak dan ukuran mata jaring sesuai dengan ukuran ikan yang akan ditebar.
d. Perawatan KJA
Tindakan perawatan
karamba jaring apung merupakan upaya untuk memperpanjang waktu pemakaian jaring
sehingga dapat menurunkan biaya produksi. Cara perawatan jaring, yaitu :
o Pembersihan jaring dengan cara disemprot air dengan
menggunakan pompa.
o Pergantian jaring disesuaikan dengan ukuran ikan yang
dipelihara atau disesuaikan dengan material yang melekat pada jaring minimal
dilakukan 2-3 minggu sekali.
o membuang atau membersihkan material dan bangkai ikan
yang mati bertujuan agar pertukaran air menjadi lebih lancar.
Selama kegiatan pemeliharaan ikan ukuran mata jaring berbeda harus
disiapkan. Pergantian jaring dilakukan dengan cara, sebagai berikut :
o Membuka pemberat yang terdapat pada sudut-sudut bawah
jaring.
o Kemudian seret jaring kesalah satu arah dan
mempersempit ruang geraknya.
o Pasang jaring baru dengan kedua titik pengikat dan
diikat dengan kencang.
o Jaring lama ditarik sebagian masuk ke jaring yang baru
dipasang dan giring ikan masuk ke jaring baru.
o Jaring lama diangkat dan dijemur.
o Setelah dijemur kemudian dicuci.
o Jaring baru dipasang dua titik pengikat yang belum
kencang dikencangkan
o Pemasangan jaring dengan merentangkan keempat sudut
bagian atasnya dan bagian bawah pada balok perentang, kemudian ikat pada
sudut-sudut rakit.
o Periksa kembali dengan teliti terhadap mata jaring
yang sobek/putus.
o kemudian pemberat dipasang.
2. Pemilihan dan Penebaran Benih
Benih yang digunakan
untuk budidaya perlu diperhatikan dan diseleksi benih yang betul-betul sehat.
Benih yang sakit akan terhambat pertumbuhannya dan lebih berbahaya lagi adalah
penularannya ke ikan didalam wadah budidaya.
Tabel 2. Ciri-ciri benih yang baik
No.
|
Ciri-ciri
benih yang baik
|
1.
|
Benih sehat
|
2.
|
Anggota tubuh lengkap
|
3.
|
Bergerak
aktif
|
4.
|
Ukuran seragam
|
5.
|
Tidak cacat
|
6.
|
Jenis unggul
|
7.
|
Respon tinggi terhadap pakan
|
Padat tebar tergantung ukuran dan
jenis ikan yang akan dipelihara. Sebelum benih ditebar dilakukan aklimatisasi
yang caranya sebagai berikut :
o
Masukkan benih yang masih terbungkus kedalam kolam.
o
Biarkan dinding plastik mengembun. Ini tandanya air
kolam dan air dalam plastik sudah sama suhunya.
o
Setelah itu buka plastiknya air dalam kolam dimasukkan
sedikit demi sedikit kedalam plastik tempat benih sampai benih terlihat dalam
kondisi baik.
o
Selanjutnya biarkan benih keluar dengan sendirinya.
o
Untuk benih yang berasal dari lokasi jauh dan
pengepakannya menggunakan kantong plastik cara aklimatisasinya dilakukan secara
perlahan.
o
Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada waktu pagi
atau sore hari.
3. Pengamatan Kualitas
Air
a. Pengukuran pH (derajat keasaman)
Pengukuran
pH dengan menggunakan pH meter atau kertas lakmus. Waktu pengukuran pH
dilakukan pada pagi hari pukul 06.00 WIB, siang pukul 12.00 WIB dan sore hari
pukul 17.00 WIB. Prosedur pengukuran pH dengan pH meter adalah sebagai berikut
:
o
Buka tutup pH meter.
o
Menggeser tombol yang terdapat dibagian atas pH meter
dan tunggu sampai angka yang ditunjukkan pH meter menunjukkan 0.0.
o
Celupkan ujung pH meter ke dalam air dan tunggu sampai
angka yang terdapat pada pH meter stabil.
o
Amati dan baca angka yang ditunjukkan pH meter
kemudian catat.
Prosedur pengukuran pH dengan menggunakan kertas lakmus,
yaitu :
o
Ambil satu
lembar kertas lakmus kemudian celupkan ke dalam air yang diukur nilai pH nya.
o
Mengeringkan
dengan cara mengangin-anginkan kertas lakmus sampai perubahan warna yang
tertera pada kertas lakmus tetap.
o
Mencocokkan
kertas lakmus tersebut dengan warna standar pada pH indikator yang sudah
diketahui nilai pH nya. Warna yang sesuai dengan warna yang ditunjukkan pH indikator
adalah nilai pH air yang diukur.
b. Pengukuran Oksigen Terlarut (DO/Dissolved
Oxygen)
Pengukuran oksigen
terlarut dengan menggunakan DO meter dengan satuan ppm (mg/l). Waktu pengukuran
DO dilakukan pada pagi pukul 06.00 WIB, siang hari pukul 12.00 WIB dan sore hari pada pukul 17.00 WIB.
Prosedur pengukuran DO adalah sebagai berikut :
o Lakukan kalibrasi sebelum digunakan yaitu dengan
menekan tombol nol pada saat kalibrasi sensor tidak dipasang terlebih dahulu.
o Mencelupkan sensor DO meter ke dalam air yang diukur
kadar oksigennya.
o Membiarkan
beberapa saat dan amati angka yang ditunjukkan oleh alat.
o Mencatat angka yang tertera pada layar yang merupakan
hasil dari pengukuran.
c. Pengukuran Suhu
Pengukuran suhu dilakukan dengan
menggunakan thermometer dengan satuan °C. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga
kali pengukuran dalam sehari, yaitu pada pagi hari pukul 06.00 WIB, siang hari
pukul 12.00 WIB dan sore hari pada pukul 17.00 WIB, ini dilakukan karena
pengaruh dari sinar matahari sehingga diketahui titik minimum dan maksimumnya.
Prosedur dalam pengukuran suhu, yaitu :
o
Thermometer dikalibrasi terlebih dahulu.
o
Celupkan thermometer ke dalam air yang akan diukur
suhunya. Thermometer dicelupkan sampai kedalaman 20 cm selama ±
1-2 menit dengan cara membelakangi matahari dan hindari kontak langsung dengan
tangan.
o
Kemudian baca
skala yang ditunjukan thermometer saat masih didalam air yang diukur suhunya.
o
Catat hasil
pengukuran suhu yang tertera dalam skala thermometer.
d. Pengukuran Kecepatan Arus
Pengukuran
kecepatan arus dengan menggunakan current druge dengan satuan meter/detik,
dilakukan pada sisi kanan, kiri dan depan karamba. Cara pengukuran kecepatan
arus dengan menggunakan stopwatch dan bola pimpong bertali, yaitu :
o Amati arah arus pada perairan yang akan
diukur kecepatan arusnya.
o Kemudian turunkan current druge searah
dengan arah arus.
o Bersamaan dengan
alat diturunkan hidupkan stopwatch.
o Matikan
stopwatch saat alat mengencang lurus, amati dan catat waktu yang tertera pada
stopwatch.
o Amati angka yang
ada pada tali, yang sebelumnya tali sudah diberi tanda/skala.
o Lakukan
perhitungan kecepatan arus, yang cara sebagai berikut :
s
V =______
t
|
V = Kecepatan arus
s = Jarak tali saat mengencang
t = Waktu saat tali mengencang
e. Pengukuran Kecerahan
Untuk mengukur kecerahan air menggunakan
secchi disk dengan satuan meter dilakukan
setiap hari pada siang hari pukul 12.00 WIB tempat pengukuran di sisi karamba. Cara pengukurannya, yaitu :
o Masukkan secchi disk ke dalam air yang
akan diukur kecerahannya.
o Turunkan pelan-pelan hingga piringan
yang berwarna putih tidak tampak. Catat kedalaman air ketika pertama kali
piringan secchi terlihat menghilang (nilainya H).
o Naikkan kembali secchi disk pelan-pelan
ke atas. Catat kedalaman air ketika pertama kali piringan yang berwarna putih nampak
(nilainya T).
o Hitung nilai kecerahan (C) yaitu :
H + T
C =_________
2
|
4. Pengelolaan Pakan
a. Jenis Pakan
Pakan merupakan salah
satu faktor eksternal penting dalam budidaya ikan. Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dari satu atau kombinasi beberapa
bahan penyusun. Pakan ikan merupakan bagian yang perlu mendapatkan perhatian
khusus dalam kegiatan budidaya perikanan. Selain itu, pakan juga menentukan
pertumbuhan ikan dan kualitas lingkungan budidaya. Jenis Pakan yang diberikan adalah pakan buatan
atau pellet dengan ukuran dan formulasi disesuaikan dengan kebutuhan ikan serta
jenis dan ukuran ikan yang dipelihara dalam karamba.
b. Efisiensi
Penggunaan Pakan
Ikan yang dibudidayakan mempunyai konversi pakan yang berbeda, tergantung
jenis, umur, ukuran, pakan dan kondisi lingkungan. Untuk mengukur tingkat
efisiensi penggunaan pakan, ada beberapa parameter yang dapat digunakan seperti
tingkat kelulusan hidup, perbandingan konversi pakan, insidens biaya, indeks
keuntungan dan biaya yang timbul sebagai akibat penggunaan pakan.
1. Tingkat kelulusan hidup / survival rate (Sunyoto, 1994)
Nt
SR = ________ X 100 %
No
|
Keterangan :
SR = Survival rate / tingkat kelulusan hidup (%)
Nt = jumlah ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan
(ekor)
No = Jumlah ikan yang ditebar (ekor)
2. Rasio konversi pakan / Feed Conversion Ratio (Sunyoto, 1994)
F
C = _______
Bi -
Bo
|
Keterangan :
C
= Konversi pakan
F
= Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan (g)
Bi = Berat biomass akhir
pemeliharaan (g)
Bo = Berat biomass awal pemeliharaan (g)
3. Insidens biaya
Insidens biaya adalah
perbandingan antara harga total pakanyang digunakan (Rp) dengan total berat
ikan yang dihasilkan (kg).
4. Indeks keuntungan
Faktor lain yang
berperan penting dalam menilai efisiensi penggunaan pakan adalah harga produk
yang dihasilkan yaitu nilai perbandingan antara jumlah harga jual ikan yang
dihasilkan dibagi dengan jumlah biaya penggunaan pakan.
Jumlah
nilai ikan yang dihasilkan (Rp)
Indeks Keuntungan =_____________________________________
Jumlah
biaya penggunaan pakan (Rp)
|
5. Laju pertumbuhan
Selang waktu yang dibutuhkan ikan untuk
mencapai ukuran tertentu. Dalam selang waktu tertentu diharapkan mampu mencapai
ukuran yang dibutuhkan pasar. Berikut adalah cara perhitungan
Laju Pertumbuhan Harian (Sunyoto, 1994), yaitu :
Bh – Bo
LPH = ______________ X 100 %
Bh + Bo
______________ X h
2
|
Keterangan :
LPH = Laju Pertumbuhan Harian (%)
Bo = bobot ikan rata-rata pada awal
pemeliharaan (g)
Bh = Bobot ikan rata-rata pada hari
ke h (g)
h = Lama pemeliharaan (hari)
6. Biaya penggunaan pakan
Biaya penggunaan pakan adalah biaya yang
timbul akibat adanya penggunaan pakan, diluar harga pakan itu sendiri. Contoh
biaya pengangkutan pakan dan ongkos buruh yang memberikan pakan.
c. Teknik Pemberian Pakan
Tujuan
penerapan teknik pembarian pakan adalah untuk menentukan sedikit mungkin pakan
yang diberikan agar dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam proses pemberian pakan, yaitu :
o Cara pemberian pakan dapat dilakukan
dengan :
·
Pakan
ditebar secara langsung
·
Menggunakan
alat bantu seperti ember atau kaleng yang bagian bawahnya berbenuk kerucut
(berfungsi sebagai alat pemberi pakan semi otomatis) yang cara kerjanya atas
dasar tenaga sentuhan ikan.
·
Automatic feeder yang bekerja menggunakan tenaga listrik dan
dapat diatur sewaktu mengeluarkan pakan.
o Waktu pemberian pakan
Waktu pemberian pakan bisa dilakukan pada
pagi, siang, sore ataupun malam hari. Pemberian pakan hendaknya disesuaikan
dengan kebiasaan ikan aktif mencari makan, misalnya lele dan patin yang dikenal
dengan hewan nokturnal (aktif dimalam hari) maka jumlah yang diberikan pada
sore dan malam hari lebih banyak dibandingkan dengan pemberian pakan pada pagi
atau siang hari.
o Jumlah pakan
Banyaknya pakan yang dibutuhkan dinyatakan
dalam persentase (%) per hari berat keseluruhan ikan. Setiap jenis ikan yang
dipelihara pada umur dan ukuran tertentu akan berbeda jumlah pakan yang
diberikan. Cara mengetahui jumlah pakan yang diberikan dalam satu hari, yaitu :
·
Ambil
sample ikan 10 % dari jumlah total ikan yang dipelihara.
·
Timbang
sample ikan hitung rata-rata berat ikan.
·
Rata-rata
berat ikan dikalikan jumlah total ikan yang dipelihara dapat diketahui biomassa
ikan.
·
Kemudian
biomassa dikalikan dengan dosis pakan yang ditentukan sesuai ukuran ikan yang
dipelihara
o Frekuensi pemberian
Frekuensi pemberian pakan adalah kekerapan
waktu pemberian pakan dalam sehari, bisa 1 kali, 2 kali, 3 kali atau bisa lebih
sering lagi.
o Tempat pemberian pakan
Pemilihan tempat pemberian pakan dimaksudkan
agar ikan terjamin dengan pakan yang cukup, efisiensi jumlah pakan yang
disediakan sesuai dengan kebiasaan makan ikan. sehingga ikan terbiasa muncul ke
permukaan pada jam dan tempat pemberian pakan yang telah ditetapkan.
5. Monitoring Pertumbuhan
Monitoring pertumbuhan
ikan merupakan salah satu kegiatan pengelolaan untuk kesehatan ikan, karena
ikan yang dalam kondisi kurang sehat pertumbuhannya cenderung lambat.
Pertumbuhan ikan adalah perubahan ikan baik dalam bobot, panjang, maupun selama
periode waktu tertentu. Untuk memonitor pertumbuhan ikan yang dipelihara
dilakukan pengukuran panjang dan berat ikan secara sampling setiap seminggu
sekali dengan mengambil ikan secara acak sebanyak 10 % dari jumlah total,
kemudian lakukan pengukuran panjang dan berat ikan tersebut.
a. Prosedur
pengukuran berat, yaitu :
o Sample ikan yang diambil dimasukan dalam baskom/ember.
o Timbang per ekor berat ikan.
o Catat angka hasil timbangan yang tertera pada layar
timbangan.
b. Prosedur pengukuran panjang, yaitu
:
Pengukuran panjang sample ikan dilakukan satu per satu dengan menggunakan
penggaris ukur.
6. Pemilahan Ukuran (Grading)
Pemilahan ukuran ikan (Grading)
dilakukan agar ikan yang dibudidayakan berukuran seragam. Penyeragaman ikan
dilakukan mulai dari awal kegiatan budidaya dan selanjutnya dilakukan minimal
satu minggu sekali atau terutama kalau terdapat variasi ukuran. Prosedur
pemilahan ukuran, yaitu :
o Siapkan peralatan yang dibutuhkan untuk pemilahan
ukuran / grading.
o Buang air dari kolam pemeliharaan ikan yang akan
dipilah ukurannya.
o Serok ikan yang akan di grading dengan menggunakan seser atau jaring lalu pilah dengan alat
grading atau dengan cara manual.
o Siapkan kolam pemeliharaan lain untuk menampung ikan
sesuai ukuran.
o Kemudian pisahkan ikan yang sudah di grading sesuai ukuran di kolam
pemeliharaan yang sudah disiapkan.
7. Pengendalian Hama dan Penyakit
a. Pengendalian Hama
Hama dapat menyerang dan merusak kurungan KJA. Penanggulangan hama dapat
dilakukan dengan cara menutup bagian atas kurungan dengan jaring serta
memagar/melingkari kurungan KJA.
b. Pencegahan Penyakit
Untuk mengetahui jenis penyakit dan cara pencegahannya diperlukan diagnosa
gejala penyakit. Gejala penyakit untuk ikan yang dibudidayakan dapat
dilihat/diamati dengan tanda-tanda sebagai berikut :
o Ada kelainan tingkah laku
Salah satu atau beberapa ikan keluar dari kelompoknya
dan cara berenangnya miring atau "driving" (ikan yang berada di
permukaan langsung menuju dasar dengan cepat). Gejala demikian biasanya disebabkan
oleh beberapa penyakit, antara lain : penyakit insang, penyakit sistem saraf
otak, keracunan bahan kimia logam berat, dan kekurangan vitamin.
o Ikan tidak mau makan
Perhatikan sudah berapa lama keadaan ini terjadi,
penyebabnya adalah : penyakit diabetes (oxydized
fatty), kelebihan mineral yang berasal dari pakan dan kebosanan yang
terjadi karena persediaan pakan sedikit.
o Ada kelainan pada bentuk ikan
Hal ini terjadi pada rangka ikan dan permukaan tubuh
ikan.
o Mata tidak normal
Disebabkan oleh bakteri dan parasit tremotoda Giganea sp.
Untuk organ tubuh ikan bagian dalam gejala penyakit dapat terjadi pada :
o Insang hilang beberapa bagian, disebabkan kekurangan
darah dan keracunan, atau parasit yang berupa ciliata dan monogenik.
o Otak, terjadi pendarahan dan TBS, disebabkan oleh
parasit Myxosporadia, Giganea sp, Streptococcus sp, dan Nocardia
sp.
o Jantung, menjadi tebal dan membesar disebabkan oleh
bakteri klas Mycospradia, membran
jantung membesar karena diserang bakteri Streptococcud
spp.
o Hati, membesar atau mengecil, warna hijau/kuning
disebabkan oleh perubahan kadar lemak (fatty
change liver desease). Jamur yang berasal dari pakan yang terkontaminasi
dapat menyebabkan hati mengalami pendarahan, keras, mudah pecah.
o Lambung, menjadi kembung, luka dan berlobang
disebabkan oleh parasit yang termasuk klas Cestoda.
o Usus, luka dan pendarahan keluar dari anus dan
vibriosis yang disebabkan oleh parasit dalam klas Nematoda, Trematoda, Cestoda dan Acanthocephala.
o Limpa, menjadi besar/kecil dan kekurangan darah,
disebabkan oleh
adanya penyakit dibagian lain.
adanya penyakit dibagian lain.
o Otot, Warna tidak jelas/putih, terjadi pendarahan,
disebabkan oleh bakteri Nacordia sp atau
serangan parasit Microsporidae.
Untuk mencegah agar
ikan yang dibudidayakan dalam KJA tidak terkena penyakit dapat dilakukan
hal-hal sebagai berikut :
o Menjaga kebersihan tempat budidaya, dibersihkan secara
periodik.
o Menjaga lingkungan dari limbah industri dan
bahan-bahan kimia.
o Memeriksa jenis pakan yang diberikan dan hindarkan
kontaminasi jamur.
o Lakukan vaksinasi bagi ikan yang sehat.
o Lakukan pemisahan ikan yang sehat dengan ikan yang
terkena penyakit.
c. Pengobatan Penyakit
Penanganan terhadap
ikan yang terkena penyakit dapat dibagi atas dua langkah, yaitu berdasarkan
teknik budidaya dan berdasarkan terapi kimia. Tindakan-tindakan yang dilakukan
berdasarkan teknik budidaya antara lain adalah :
o Menghentikan pemberian pakan pada ikan.
o Mengganti makanan dengan jenis lain.
o Mengkelompokkan ikan menjadi kelompok-kelompok yang kepadatannya/
densitasnya rendah.
o Bila mungkin ikan-ikan dipanen, daripada menjadi wabah
bagi ikan yang lain.
Berdasarkan terapi kimia hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam tahap ini adalah sebagai berikut :
o Memeriksa kepekaan dari masing-masing obat yang akan
digunakan.
o Memeriksa batas dosis yang aman untuk masing-masing
obat agar tidak terjadi "over dosis".
o Menjaga agar obat tidak terkontaminasi oleh bakteri.
o Memperhatikan keterangan yang dikeluarkan oleh pabrik
obat tersebut.
Cara pemberian obat
yang akan digunakan dapat ditentukan sendiri dengan memperhatikan bentuk obat,
jumlah ikan yang terkena penyakit, kondisi dan sarana yang dimiliki di tempat
budidaya. Ada beberapa cara pemberian obat yang dapat digunakan, yaitu :
o Ditenggelamkan dalam tempat budidaya.
o Disebarkan pada permukaan.
o Dicampurkan dalam pakan.
o Dengan cara injeksi.
8. Panen
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
kegiatan pemanenan ikan dalam KJA yaitu menetapkan
saat panen yang tepat, mempersiapkan bahan dan peralatan yang
dibutuhkan, cara melaksanakan pemanenan yang baik. Prosedur kegiatan pemanenan ikan yang
dibudidaya dalam KJA, yaitu :
o
Waktu
pelaksanaan panen yang tepat yaitu pada pagi atau sore hari saat suhu air rendah
sehingga ikan tidak stress.
o
Sebelum
ikan dipanen dipuasakan terlebih dahulu selama satu hari agar dalam
pengangkutan nantinya ikan tidak banyak mengeluarkan kotoran.
o
Siapkan
alat dan bahan untuk memanen yaitu peralatan untuk menangkap ikan, menampung
sementara dan menimbang ikan.
o
Selipkan
bambu tersebut di bawah jaring KJA yang akan dipanen. Kemudian bambu atau
tambang tersebut digerakan mengarah ketepi sehingga ikan akan terkumpul ditepi
jaring.
o
Setelah
ikan berkumpul, ikan tinggal ditangkap dan ditimbang.
o
Siapkan
ember atau fiber dengan aerasi untuk menampung ikan hasil panen.
o
Lakukan
pemanenan sampai ikan dalam KJA habis.
o
Penangkapan
ikan perlu hati-hati, karena penangkapan yang kasar menyebabkan kerusakan fisik
yang akan mengganggu kesehatan dan penampilan ikan.
Pengangkutan
ikan yang dipanen terdiri dari pengangkutan sistem terbuka dan tertutup.
Berikut adalah kegiatan yang dilakukan pada sistem pengangkutan terbuka dan
tertutup, yaitu :
a. Pengangkutan
Sistem Terbuka
Pengangkutan sistem terbuka biasanya digunakan untuk pengangkutan melalui
jalur darat dan jarak yang akan ditempuh relatif dekat. Hal-hal yang perlu
diperhatikan pada sistem terbuka, yaitu :
o
Wadah
yang digunakan bervariasi, mulai dari yang sederhana atau bekas pengemasan
bahan kimia, seperti ember, jerigen plastik, drum/tong plastik hingga yang
didesain khusus untuk pengangkutan, seperti kemplung dan bak fiber glass.
o
Pada
pengangkutan ini sumber oksigen untuk pernafasan ikan sebagian besar adalah
oksigen yang terlarut dalam air, yang lainnya hasil diffusi dari udara pada
tekanan udara yang normal.
o
Pada
sistem ini perbandingan volume air dengan berat ikan relatif lebih besar
dibanding sistem tertutup. Untuk pengangkutan ikan selama 5 jam, paling tidak 5
liter air diperlukan untuk mengangkut 1 kg ikan.
o
Makin
lama waktu angkut makin tinggi perbandingan volume air dengan berat ikan.
Untuk mengurangi
volume air atau untuk meningkatkan lama pengangkutan. Pada sistem pengangkutan terbuka
dilakukan upaya-upaya menghambat laju metabolisme dan mencukupi oksigen selama pengangkutan,
yaitu :
o
Upaya
menghambat laju metabolisme dilakukan dengan menjaga agar suhu air selama
pengengkutan rendah, yaitu dengan melaksanakan pengangkutan itu pada pagi/malam
hari atau menambahkan es ke dalam wadah angkut.
o
Upaya
mencukupi oksigen selama pengangkutan dilakukan dengan cara :
·
Melakukan
upaya untuk meningkatkan daya diffusi oksigen ke dalam air. Cara sederhana
adalah dengan memuncratkan air dengan tangan. Pada cara pengangkutan yang lebih
modern adalah dengan memasang aerator. Dengan alat ini terjadi kontak antara
gelembung udara dengan air pada daerah yang lebih luas sehingga terjadi diffusi
oksigen yang lebih tinggi.
·
Berhenti
pada setiap selang waktu tertentu untuk mengganti air. Dengan penggantian air
ini, air yang sudah berkurang oksigennya diganti dengan air yang berkualitas
lebih baik. Cara ini sekaligus befungsi membuang kotoran ikan atau ammoniak
yang meningkat konsentrasinya selama masa pengangkutan, sehingga ikan terhindar
dari keracunan gas amoniak.
b.
Pengangkutan sistem tertutup
Sistem
pengemasan tertutup merupakan sistem pengemasan yang paling dianggap aman untuk
digunakan baik untuk pengangkutan jarak pendek maupun jarak jauh. Pengangkutan ikan
sistem tertutup meliputi kegiatan sebagai berikut :
o
Siapkan
alat dan bahan yang diperlukan.
o
Lakukan
pengemasan dengan kantong plastik.
o
Kantong
plastik dengan ukuran 150 cm diikat pada bagian tengahnya sehingga terbagi dua
bagian, setelah itu bagian yang satu dibalik sehingga plastik nampak terlihat
rangkap.
o
Udara
yang ada di dalam kantong plastik dibuang dan kemudian dimasukkan oksigen murni
ke dalamnya melalui selang yang yang disambungkan dengan tabung oksigen.
o
Kantong
plastik kemudian diikat dengan karet dan hindari adanya gelembung udara.
o
Kantong
plastik dimasukkan ke dalam styrofoam dengan posisi kantong plastik
ditidurkan
o
Untuk
mempertahankan suhu, dimasukkan es yang sudah dibungkus plastik ke dalam Styrofoam. Kemudian styrofoam dilakban dengan
rapi.
0 komentar:
Posting Komentar